Dengan kondisi pembebanan yang sangat ekstrem dari gelombang air laut, bangunan-bangunan didaerah pantai dan lepas pantai diharuskan mempunyai ketahanan struktural baik. Disebagian besar perairan Indonesia, tinggi gelombang yang sering terjadi hanya berkisar antara 1-2 meter dan gelombang maksimum antara 3-5 meter, sedangkan pada beberapa daerah ekstrem seperti laut utara menurut beberapa peneliti diantaranya O M Faltisen (1990) menyatakan ketinggian gelombang bisa mencapai 30 meter. Salah satu penyebab terjadinya gelombang adalah angin yang berhembus diperairan tersebut. JMJ Journee dan WW Massie (2001) Pada tahun 1805 seorang laksamana laut Inggris Sir Francis Beaufort membuat skala pengaruh angin untuk mengetahui ketinggian gelombang yang terjadi seperti terlihat dibawah ini.
Maka melihat begitu besarnya potensi beban yang terjadi di daerah periran laut menjadikan proses desain, produksi hingga perawatan bangunan lepas pantai mempunyai bagian-bagian yang sama pentingnya untuk selalu diperhatikan dan diperiksa terutama untuk ketahanan dinamiknya, T Moan (2004) pemeriksaan ini memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap ketahanan bangunan lepas pantai seperti terlihat dibawah ini.
Sehingga diharapkan dengan adanya desain dan produksi serta perawatan yang baik akan meminimalkan terjadinya kegagalan struktur pada bangunan lepas pantai baik pada beberapa bagian struktur maupun keseluruhan struktur (capsize). Tercatat beberapa kegagalan bangunan lepas pantai khususnya offshore platforms yaitu Allexander Kielland, Ocean Ranger, Piper Alpha, P-36, Typhoon TLPs, BP’s thunder Horse. Dengan perbaikan terus menerus demi kesempurnaan hasil desain bisa menjadikan bangunan lepas pantai ini sebagai salah satu prototipe bangunan masa depan bagi manusia di Bumi.
Sumber :
1. Torgeir Moan, Safety of Offshore Structures, Centre for Offshore Research & Engineering, National University of Singapore. 2004.
3. OM Faltisen, Sea Loads on Ships and Offshore Structures, Cambridge University Press. 1990.
4. Anne Marthine Rustad, Modelling and Control of Top Tensioned Risers, Departement of Marine Technology, Norwegian University of Science and Technology. 2007. (by zefry)
0 Response to "Resiko Pembangunan di Lepas Pantai"
Post a Comment